Latest Posts

Mengagumkan, Wanita asal Malang ini akan Pidato di Konvensi Demokrat AS

By 13.41.00 ,

Potret Keluarga Ima, Wanita asal Malang yang akan Pidato di Konvensi Demokrat AS
Imamatul Maisaroh (36) dijadwalkan akan berpidato di hadapan ribuan delegasi dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat di Stadion Wells Fargo, Philadelphia, Pennsylvania, AS, Selasa (26/7/2016) waktu setempat. Wanita ini lahir dari keluarga sederhana di Malang, Jawa Timur.

Keluarga Ima, panggilan Imamatul Maisaroh, tinggal di Dusun Krajan, Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Rumah mereka terlihat lebih besar dibanding tetangga, tapi tidak terlalu megah. Rumah itu hanya ditempati orangtua Ima, Turiyo dan Alimah.

Ima merupakan anak pertama. Dua adiknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri.

Ingar-bingar konvensi nasional Partai Demokrat AS tidak terdengar Turiyo dan Alimah. Ia kaget saat sejumlah jurnalis datang ke rumahnya untuk mengetahui lebih jauh soal sosok Ima, Senin (25/7/2016).

"Lho, saya malah tidak tahu. Bilangnya kerja kantoran," kata Turiyo yang berprofesi sebagai petani ini.

Rumah keluarga Imamatul Maisaroh di Malang (Foto: M Aminudin/detikcom)

Ima merantau sebelum lulus SMA pada tahun 1997. Ia berencana pergi ke Hong Kong, tapi akhirnya ke AS karena tergiur gaji tinggi sebagai pembantu. Alih-alih mendapatkan gaji, Ima malah disiksa dan disekap oleh majikan.

Setelah 3 tahun hidup dalam penderitaan, Ima lolos setelah menulis surat ke asisten rumah tangga di dekat rumah majikan. Ia dibawa ke kantor Coalition Abolish Slavery dan Trafficking (CAST) Los Angeles. Di sini lah, ia ditempa dan menjadi aktivis anti perdagangan manusia.

Turiyo tahu soal kisah kelam Ima, tapi tidak terlalu detail. "Ditolong orang dan diajak bekerja sampai hari ini," jelas Turiyo.

Ima menjadi koordinator survivor di Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST) sejak November 2015. Selanjutnya, Desember 2015, ia diangkat menjadi penasihat di Gedung Putih terkait perbudakan dan perdagangan manusia.

Sejak merantau, Ima baru 3 kali pulang ke Indonesia. Komunikasi via telepon kadang dilakukan. Meski tidak tahu banyak apa yang dikerjakan Ima dan kewarganegaraan anaknya sudah berganti, Turiyo mengaku bangga.

"Sebagai orangtua, saya ikut bangga," jelas Turiyo.

You Might Also Like

0 komentar